Sudah sangat masyhur di kalangan para shahabat jika keringat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memiliki bau yang sangat wangi bahkan melebihi wanginya minyak misk. Hal ini berdasarkan kesaksian setidaknya dua orang dekat Nabi, yaitu Sayyidina Anas bin Malik --sang pelayan Nabi-- dan ibunda beliau, Ummu Sulaim binti Milhan, sebagaimana riwayat-riwayat shahih yang ada.
Lebih dari itu, beberapa shahabat terutama keluarga Ummu Sulaim bahkan mengumpulkan keringat beliau yang wangi itu untuk dijadikan sebagai wewangian sekaligus sebagai media tabaruk (ngalap berkah). Tak mengherankan jika Imam Muslim dalam shahihnya membuat bab khusus tentang wanginya keringat nabi dan cara bertabaruk dengannya [بَابٌ : طِيبُ عَرَقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَالتَّبَرُّكُ بِهِ].
Dalam bab tersebut, beliau meriwayatkan beberapa hadits diantaranya berasal dari Anas bin Malik. Beliau menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkunjung ke rumah Ummu Sulaim dan tidur di ranjangnya ketika Ummu Sulaim sedang tidak berada di rumah. Kemudian Ummu Sulaim diberitahu jika Baginda Nabi menggunakan ranjangnya. Ummu Sulaim pun bergegas pulang.
Ketika Ummu Sulaim tiba di rumah, ia dapati Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkeringat hingga tergenang di alas ranjang yang terbuat dari kulit. Maka Ummu Sulaim segera membuka tasnya dan segera mengelap keringat Rasulullah lalu memerasnya dan memasukkannya ke dalam sebuah botol. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun terbangun dan terkejut seraya berkata:
مَا تَصْنَعِينَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ ؟
"Apa yang kamu lakukan hai Ummu Sulaim?"
Ummu Sulaim menjawab:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا
"Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkahan keringat engkau untuk anak-anak kami"
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
أَصَبْتِ
"Kamu benar".
Dalam satu riwayat lain, Ummu Sulaim menjawab:
هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيبِ
"Kami mengambil keringat engkau untuk kami jadikan wewangian kami. Karena keringat engkau merupakan wewangian yang paling harum wanginya."
Kedua riwayat diatas adalah shahih dan diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya (2330, 2331).
Terkait berbedaan redaksi dari kedua riwayat ini, Al-Hafidz Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H) berkesimpulan:
ويستفاد من هذه الروايات اطلاع النبي صلى الله عليه وسلم على فعل أم سليم وتصويبه. ولا معارضة بين قولها إنها كانت تجمعه لأجل طيبه وبين قولها للبركة بل يحمل على أنها كانت تفعل ذلك للأمرين معا.
“Dapat diambil kesimpulan dari beberapa riwayat ini bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam melihat langsung atas apa yang dilakukan Ummu Sulaim serta membenarkannya. Dan tidak ada pertentangan diantara dua ucapan Ummu Sulaim yang menyebut bahwa ia mengumpulkannya untuk dijadikan wewangian dan ucapannya yang menyebut untuk meraih berkah, bahkan sangat mungkin jika Ummu Sulaim melakukan itu untuk dua tujuan sekaligus.” (Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 11/72).
Sehingga jelas bagi kita jika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengizinkan dan ridha akan praktek tabaruk dengan keringat beliau shallallahu alaihi wasallam. Praktik seperti itu ternyata juga dilakukan oleh para generasi berikutnya dan diaminkan pula oleh para Ulama yang mengetahuinya.
Bahkan ulama selevel Imam Abu al-Faraj Ibn al-Jauzi (w. 597 H)—salah seorang ulama yang sangat dihormati di kalangan Salafi Wahabi—juga mengakui praktek tabaruk ini dalam karyanya berjudul “Al-Wafa bi Ahwal al-Mushthafa” (2/242). Kitab ini sudah dicetak beberapa kali yang salah satunya oleh Mu’assasah as-Sa’idiyah di Riyadh, Saudi Arabia.
Dalam kitabnya itu, Imam Ibn al-Jauzi meriwayatkan sebuah kisah dari Amr bin Muhajir Al-Anshari—seorang yang tsiqoh dan termasuk pengawal Khalifah Umar bin Abdul Aziz–, bahwa perabot/perkakas rumah peninggalan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tersimpan rapi di rumah Umar bin Abdil Aziz, yang setiap hari beliau bisa melihatnya. Ketika orang-orang Quraisy berkumpul, beliau mengajak mereka masuk ke rumah tersebut lalu memperlihatkan perabot rumah Nabi itu. Kemudian beliau berkata:
هذا ميراثُ مَنْ أكْرَمكم الله وأعزَّكم به
"Ini adalah warisan orang yang paling dimuliakan dan paling diagungkan Allah".
Lalu Amr bin Muhajir melanjutkan:
"Perabot tersebut terdiri dari ranjang yang berselimut pita, bantal kulit yang berisi serabut, mangkuk besar, gelas, baju, batu ulekan, dan tabung anak panah yang di dalamnya berisi anak panah. Pada beludrunya terdapat bekas keringat dari kepala Baginda Nabi, yang baunya lebih harum daripada bau misk.
Pada waktu itu, ada seseorang yang terkena penyakit, lantas orang-orang meminta untuk membasuh sebagian bekas keringat tersebut yang kemudian dipakai sebagai obat. Kondisi tersebut diceritakan kepada Umar bin Abdul Aziz, lantas beliau memberikannya, maka sembuhlah orang tersebut."
Demikianlah kisah yang ditulis Imam Ibn al-Jauzi. Masya’Allah...
0 comments:
Post a Comment