Basmalah [بسملة]
adalah bentuk mashdar dari basmala – yubasmilu [بسمل - يبسمل], yang berarti membaca Bismillah. Karena Orang Arab
biasa meracik beberapa kata menjadi satu kata. Seperti hailalah [هيللة] yang bearti membaca
– لااله الاالله, hauqolah [حوقلة] dan haulaqoh
[حولقة] yang bearti membaca – لاحول ولاقوة الا بالله, sabhalah
dari سبحان الله dan yang lainnya (Ishlahul Manthiq karya Ibn As-Sikkit).
Kita disunnahkan untuk membaca Basmalah saat akan memulai
suatu aktivitas apapun (selagi tidak Haram/makruh). Seperti hadits
Nabi:
كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم
.. فهو أبتر". وفي رواية: "أجذم". وفي أخرى: "أقطع"؛ أي: كالأبتر، أو كالأجذم، أو كالأقطع؛ أي: قليل
النفع
.
“Segala sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian tapi tidak diawali dengan Bismillahirrohmanirrohim,
maka sesuatu itu menjadi sedikit manfaatnya (berkahnya)”
Imam
Suyuthi dalam Tafsir “Ad-Durrul Mantsur fi At-Tafsir bil Ma’tsur”
menuqil hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Marduwaih dan As-Tsa’labi dari Jabir
ibn Abdillah, bahwasanya beliau berkata:
لما نزلت {بِسم الله الرَّحْمَن الرَّحِيم} هرب الْغَيْم
إِلَى الْمشرق وسكنت الرّيح وهاج الْبَحْر وأصغت الْبَهَائِم بآذانها ورجمت الشَّيَاطِين
من السَّمَاء وَحلف الله بعزته وجلاله أَن لَا يُسمى على شَيْء إِلَّا بَارك فِيهِ
“Ketika ayat Basmalah diturunkan, awan berlarian menuju timur, angin menjadi tenang, lautan menjadi bergelombang, hewan-hewan ikut mendengarkan dengan kupingnya, setan-setan diusir dari langit, dan Alloh bersumpah dengan kemuliaan dan keagungan-Nya bahwa tidak ada segala sesuatu yang dibacakan bismillah atasnya kecuali Alloh memberi berkah di dalamnya”.
Untuk menambah penghayatan kita
terhadap Bismilah, kita perlu juga mengkajinya dalam segi tata-bahasa Arab (nahwu).
Sesungguhnya kalimah
Bismillah (- Dengan Nama Alloh -) termasuk kalimat tidak lengkap. Karena dalam
teori Nahwu, Jar-Majrur dan Dzorof bisa menjadi Kalimat lengkap
jika mengandung Ta'alluq. Ta'alluq sendiri boleh diartikan sebagai Kalimah/lafadz utama yg menjadi sandaran dari Jar-majrur/dzorof
yg ada.
Huruf Ba' pada Bismillah juga sama, karena ia termasuk Huruf
Jer, maka ia membutuhkan Ta'alluq. Kemudian muncul pertanyaan, Ta'alluqnya
berupa dan seperti apa??
Ulama'-ulama' menjelaskan bahwa Ta'alluq Bismillah boleh berupa Jumlah Ismiyah atau Fi'liyah, boleh
berupa lafadz yg bermakna spesifik (Khosh) atau Umum, dan boleh juga
berada di depan (dari lafadz Bismillah) atau di belakangnya.
Hanya saja, yg lebih utama adalah memakai/memunculkan Ta'alluq
yang berupa Jumlah Fi'liyah dengan lafadz Khosh dan
terletak dibelakang. Misalnya:
بسم
الله أكتب ، بسم الله أؤلف
Hal ini dikarenakan beberapa
alasan sebagai berikut:
- Lebih memilih Jumlah Fi'liyah (أبتدئ/أؤلف) (Saya memulai../ saya mengarang..) daripada Ismiah (إبتداءي/تأليفي) (Permulaanku../ karanganku..), karena pada dasarnya perbuatan/amal itu untuk kalimah Fi'il, beda dengan Isim.
Ulama’-ulama’ Bashroh (Bashriyyun) lebih condong ke jumlah Ismiyyah, sedangkan Ulama’-ulama’ Kufah (Kufiyyun) lebih condong ke jumlah Fi’liyyah (Al-Bayan fi Ghoribi I’robi Al-Qur’an).
- Lebih memilih lafadz Khosh (misalnya أؤلف/أكتب) (spesifik menyebutkan aktivitas yg sedang dilakukan) daripada Amm/umum (misalnya أبتدئ) (saya memulai...), karena Lafadz Khosh bisa memberi faedah meluasnya barokah Bismillah ke seluruh aktivitas/amal yg terkait. Sedangkan saat kita memunculkan kalimah Amm, memberikan pengertian seakan-akan barokah Bismillah hanya muncul di awal aktivitas.
- Lebih baik ta'alluqnya dibelakang, karena mampu memberikan arti Al-Hashr (pembatasan), sehingga seakan-akan kita mengatakan: "Saya tidak melakukan aktivitas ini selain dengan NamaMu Ya Alloh".
0 comments:
Post a Comment